Jumat, 15 April 2011

Lepaskan saja semuanya..





 Sebelum engkau mengenalnya, kehidupanmu sungguh baik" saja, bukan? 
Nah, jadi apa sulitnya bagimu utk kembali sepadan dgn dulu ketika engkau belum mengenalnya jika bahwa ternyata mengenalnya malah bikin kehidupanmu runyam? Meski mungkin engkau takkan bisa melupakan, yakinlah, sesungguhnya tak sulit bagimu untuk meninggalkannya! jadi: LAKUKAN! sesederhana itu.


"Apabila Alloh telah membuatmu jemu dengan makhluk, maka ketahuilah bahwa Dia hendak membukakan pintu kemesraan dengan-Nya."

Kamis, 14 April 2011

Sebuah inspirasi kamis dari Ratih Sang

Hari kamis merupakan hari selalu yang saya tunggu sebelum hari paling mulia yaitu hari jumat..^^

,karena di hari ini selalu muncul benak-benak tentang agama di pikiran saya,entah itu tentang keluarga,sahabat,jodoh bahkan rezeki. Semuanya selalu hadir dalam bentuk pertanyaan dalam segi islami.
Dan siang ini tiba-tiba saya teringat dengan buku pemberian sahabat sma saya,didalamnya memuat banyak cerita dan curahan hati yang menyentuh,diantaranya puisi karya Ratih Sang. Puisi ini sangat menyentuh dan menyentil kita tentang sebuah doa yang sering ucapkan.
Semoga bisa bermanfaat ya,terutama buat para wanita-wanita,hehehe...

gracias..^^


Imajiner Doa

Doa yang kupanjatkan ketika selesai menikah:
“Ya Allah beri aku anak yang sholeh dan sholehah, agar mereka dapat mendoakanku ketika nanti aku mati dan menjadi salah satu amalanku yang tidak pernah putus.”

Doa yang kupanjatkan ketika anak-anakku lahir:
“Ya Allah beri aku kesempatan menyekolahkan mereka di sekolah Islami yang baik meskipun mahal, beri aku rizki untuk itu ya Allah….”

Doa yang kupanjatkan ketika anak-anakku sudah mulai sekolah:
“Ya Allah….. jadikan dia murid yang baik sehingga dia dapat bermoral Islami, agar dia bisa khatam Al Quran pada usia muda.”

Doa yang kupanjatkan ketika anak-anakku sudah beranjak remaja:
“Ya Allah jadikan anakku bukan pengikut arus modernisasi yang mengkhawatirkanku. Ya Allah aku tidak ingin ia mengumbar auratnya, karena dia ibarat buah yang sedang ranum.”

Doa yang kupanjatkan ketika anak-anakku menjadi dewasa:
“Ya Allah entengkan jodohnya, berilah jodoh yang sholeh pada mereka, yang bibit, bebet, bobotnya baik dan sesuai setara dengan keluarga kami.”

Doa yang kupanjatkan ketika anakku menikah:
“Ya Allah jangan kau putuskan tali ibu & anak ini, aku takut kehilangan perhatiannya dan takut kehilangan dia karena dia akan ikut suaminya.”

Doa yang kupanjatkan ketika anakku akan melahirkan:
“Ya Allah mudah-mudahan cucuku lahir dengan selamat. Aku inginkan nama pemberianku pada cucuku, karena aku ingin memanjangkan teritoria wibawaku sebagi ibu dari ibunya cucuku.”

Ketika kupanjatkan doa-doa itu, aku membayangkan Allah tersenyum dan berkata……

“Engkau ingin suami yang baik dan sholeh sudahkah engkau sendiri baik dan sholehah?
Engkau ingin suamimu jadi imam, akankah engkau jadi makmum yang baik?”
“Engkau ingin anak yang sholehah, sudahkah itu ada padamu dan pada suamimu.
Jangan egois begitu……masak engkau ingin anak yang sholehah
hanya karena engkau ingin mereka mendoakanmu….tentu mereka menjadi sholehah utama karena-Ku, karena aturan yang mereka ikuti haruslah aturan-Ku.”

“Engkau ingin menyekolahkan anakmu di sekolah Islam, karena apa?…… prestige? …… atau….engkau tidak mau direpotkan dengan mendidik Islam padanya?
Engkau juga harus belajar, Engkau juga harus bermoral Islami,
Engkau juga harus membaca Al Quran dan berusaha mengkhatamkannya.”

“Bagaimana engkau dapat menahan anakmu tidak menebarkan pesonanya dengan mengumbar aurat, kalau engkau sebagai ibunya jengah untuk menutup aurat?
Sementara engkau tahu Aku wajibkan itu untuk keselamatan dan kehormatan umat-Ku.”

“Engkau bicara bibit, bebet, bobot untuk calon menantumu,
seolah engkau tidak percaya ayat 3 & 26 surat An Nuur dalam Al Quran-Ku.
Percayalah kalau anakmu dari bibit, bebet, bobot yang baik maka yang sepadanlah yang dia akan dapatkan.”

“Engkau hanya mengandung, melahirkan dan menyusui anakmu.
Aku yang memiliki dia saja, Aku bebaskan dia dengan kehendaknya.
Aku tetap mencintainya, meskipun dia berpaling dari-Ku, bahkan ketika dia melupakan-Ku. Aku tetap mencintainya.”

“Anakmu adalah amanahmu, cucumu adalah amanah dari anakmu,
berilah kebebasan untuk melepaskan busur anak panahnya sendiri yang menjadi amanahnya.”

Lantas…… aku malu…… dengan imajinasiku sendiri….aku malu……
aku malu akan tuntutanku…….

Maafkan aku ya Allah……lantas aku malu dengan imajinasiku sendiri.

(Ratih Sanggarwati, Gunung Geulis, 25 Desember 2002)

Rabu, 13 April 2011

Percakapan dengan Putri Aurora.





(November,2009....saat rasi bintang berpencar)


S : takkan berani kubiarkan dia merasakan goresan petir di jariku..
     masih terlalu dini,dia merasakan darah,keringat dan panas hidupku..
     biarkan dia merasakan awan yang kubentuk dan bintang yang kususun,
     kelak dia akan mengerti juga...
     bahwa semua itu terjadi dengan proses yang keras dan sakit..
     hingga akhirnya terjadi keindahan yang sempurna!!

P : karena itu,setiap garis jarimu selalu kuingat dan kusimpan dalam garis hidupku...
     meski terkadang ada yang tak teraba olehku...

S : tak usah raba apapun
     biar dia yang berganti merabamu
     merasa setiap detik yang kau persembahkan
     setiap masa yang setia
     menghirup hembusan helaan nafas yang terbuang percuma
     melihat kala malam

P : JANGAN MENYAKITI DIRI SENDIRI< keluar dari sini sebelum terlampau jauh dan tak bisa terselam.!!!

Senin, 11 April 2011

3 Hal penting sebelum mengawali niat saya membuat blog,hehehe..

3 Hal dalam Hidup yang tak pernah kembali:

1. WAKTU
2. PERKATAAN
3. KESEMPATAN

Kita tak bisa memutar kembali WAKTU, tapi kita bisa menciptakan kenangan dengan waktu yang masih kita punya dan memanfaatkan waktu yang ada, walau sebentar, untuk menciptakan kenangan yang berarti^^
Time is free but it’s priceless, u can’t own it but u can use it. U can’t keep it but u can spend it..

Kita tak bisa menarik PERKATAAN kasar yang keluar dari mulut kita atau statement yang telah membuat harga diri kita lebih penting dari pada menariknya kembali dan mengucapkan maaf. Kita tak bisa menghapus caci maki yang telah kita katakan hingga membuat orang lain marah, terluka atau menangis.

Tapi kita bisa membuat apa yang selanjutnya keluar dari mulut kita menjadi lebih banyak pujian dibanding caci maki, lebih banyak syukur dan terima kasih dari pada keluhan atau komplain, dan lebih banyak nasihat positif dari pada sulutan amarah.

Kita tak bisa mendapatkan kembali kesempatan yang sudah kita lewatkan.Tapi kita bisa menciptakan peluang untuk membuat kesempatan-kesempatan lain datang dalam hidup kita dengan lebih memperhatikannya.